Senin, 26 Januari 2015

Feby

Namanya Feby
Teman pertamaku. Ya, teman pertama disaat jauh dari orang tua
Jelas kuingat, dia begitu teguh belajar
Karena dia anak pertama
Adiknya masih kecil-kecil semua
Setiap hari sebelum berangkat sekolah dia harus bekerja
Membantu bapaknya membuat pentol

Feby, terus belajar
Dia bilang dia bodoh
Dia bilang aku lebih pintar darinya
Dia juga bercerita tentang orang tua dan adik-adiknya
Dia tak punya uang jajan
Feby sering lapar

Akhir semester, aku pergi dari kelas kami
Aku pindah ke kelas 7B
Sejak saat itu, aku tak pernah melihat Feby
Sampai semester selanjutnya di kelas yang berbeda, 8A
Kuharap Feby menjelma jadi cerdas seperti impiannya
Dan sekelas denganku, di kelas baru yang prestisius itu
Aku sendiri tak tahu, kenapa aku nyasar disana
Nyasar! Ya, nyasar!
Aku tak mau terus dipindah kelas
Kalau perlu aku tak  belajar
Agar nilaiku jelek dan tak pindah kelas
Tapi, jika nilaiku jelek, aku malu pada diriku
Untuk apa sekolah jika tak belajar?

Baiklah, kuikuti skenario-Mu Tuhan
Aku pasti bisa di kelas ini, kelas yang mengerikan
Setiap hari mengharuskan aku belajar
Standar nlainya tinggi sekali, aku harus tidur malam setiap hari
Dan Feby? Aku masih menunggunya. Aku mencarinya
Aku ingin mendengar lagi cerita-ceritanya

Tentang cara membuat pentol
Tentang adiknya yang lucu-lucu
Tentang obsesinya ingin pintar
Tentang mimpinya bisa bantu bapak cari uang

Tapi Feby tak pernah kutemukan
Dia menghilang, mungkin menjauh
Mungkin sembunyi
Lalu kuingat
"Rizza, kamu berteman dengan orang miskin dan bodoh sepertiku?"

Tuhan, sampaikan salamku pada Feby
Andai dia tahu, aku juga tak terlalu pintar

Malang, Agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar